Kabar Praci

Bandeng Keliling: Menjalin Kolaborasi dan Kolektivisme Lewat Seni dan Diskusi

today16 Februari 2025 107 28 5

Background
share close

Wonogiri menjadi salah satu perhentian penting dalam rangkaian tour screening  “Legiun Tulang Lunak: 20 Centimeters per Years” yang diinisiasi oleh Kolektif Hysteria. Acara bertajuk “Bandeng Keliling x Project Gembira” ini diadakan di Pracimantoro (Kopi Dalem) pada Sabtu, 8 Februari 2025. menghadirkan pemutaran film dokumenter dan diskusi buku “Tulang Lunak Bandeng Juwana I & II”. Kegiatan ini bukan sekadar pemutaran film biasa, tetapi juga sebuah perayaan kolektivisme yang menyoroti dinamika komunitas dan keberlanjutan gerakan seni dan budaya. Dengan semangat kolaborasi, acara ini menghubungkan berbagai komunitas di berbagai kota, membangun ruang dialog, dan memperkuat jaringan para pegiat seni dan budaya. Diskusi yang menyertainya menjadi penghubung bagi peserta untuk memahami lebih dalam tentang dinamika kolektif, tantangan yang dihadapi, dan inspirasi dalam membangun ekosistem seni yang lebih inklusif.

Dalam setiap perhentian Bandeng Keliling, tuan rumah memiliki peran penting dalam menciptakan ruang bagi diskusi dan pertukaran wawasan. Dengan kehadiran narasumber dari Kolektif Hysteria seperti Salma Ibrahim serta tuan rumah acara Faris Wibisono, S.Sn dan Argi Noor Hidayat, pembicaraan menjadi lebih luas, tidak hanya tentang film tetapi juga tentang berbagai isu sosial, budaya, dan strategi keberlanjutan komunitas. Acara seperti ini menjadi momentum bagi komunitas lokal untuk belajar dari pengalaman satu sama lain. Pertemuan ini bukan hanya sekedar acara pemutaran film, tetapi juga menjadi titik temu bagi peneliti, mahasiswa pascasarjana, aktivis budaya, seniman, dan kreator kota untuk memahami bagaimana kelompok-kelompok kecil bertahan dan berkontribusi di tengah perubahan zaman. Diskusi yang berlangsung setelah pemutaran film menghadirkan berbagai perspektif menarik. Salma Ibrahim dari Kolektif Hysteria berbagi tentang pentingnya dokumentasi perjalanan komunitas seni agar dapat menjadi inspirasi bagi gerakan kolektif di masa depan. 


“Kolektif dan komunitas itu punya dinamika yang unik. Ada naik turunnya, tapi semangat kebersamaan itulah yang membuat semuanya terus berjalan. Bandeng Keliling ini adalah salah satu bentuk bagaimana kita bisa terus berbagi, belajar, dan tumbuh bersama,” ujar Salma.  

Sebagai tuan rumah, Faris Wibisono, S.Sn., menyampaikan bagaimana acara ini menjadi ruang penting bagi para seniman dan pegiat budaya di Wonogiri untuk bertukar ide dan memperluas jaringan. “Wonogiri punya banyak potensi, tapi seringkali ruang-ruang diskusi seperti ini masih kurang. Kehadiran Bandeng Keliling ini memberi kesempatan bagi kita untuk terhubung dengan lebih banyak komunitas, berbagi pengalaman, dan saling menguatkan.”

Sementara itu, Argi Noor Hidayat, founder Gentara, menyoroti bahwa acara seperti ini sangat diperlukan untuk menjaga ekosistem seni dan budaya tetap hidup di berbagai daerah. “Gentara selalu percaya bahwa seni dan budaya adalah perekat sosial yang kuat. Acara seperti ini bukan hanya tentang menonton film atau berdiskusi, tetapi juga membangun jejaring yang lebih luas untuk mendukung keberlanjutan gerakan kolektif,” tuturnya.

Tak kalah penting, Dwi, selaku pemilik Kopi Dalem, mengungkapkan bahwa tempatnya selalu terbuka untuk menjadi ruang kreatif bagi komunitas. “Kami selalu ingin mendukung kegiatan yang bisa membawa energi positif dan kreativitas ke Wonogiri. Harapannya, acara seperti ini bisa terus berlanjut dan menginspirasi lebih banyak orang.”

Salah satu pelajaran utama dari inisiatif ini adalah pentingnya memiliki pola pikir yang positif dan fleksibel dalam menghadapi perubahan. Seperti yang digambarkan dalam perjalanan Kolektif Hysteria, mereka yang mampu beradaptasi dengan keadaan, menjalin kerja sama, dan terus bergerak maju adalah mereka yang akan bertahan. Dalam kehidupan, kita tidak selalu bisa mengendalikan situasi, tetapi kita bisa memilih bagaimana cara meresponsnya. Dengan pikiran yang terbuka dan sikap yang positif, kita dapat menciptakan peluang baru dan terus berkembang dalam kondisi apapun. Melalui Bandeng Keliling, kita belajar bahwa perubahan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, tetapi sesuatu yang harus kita sikapi dengan kesiapan dan kreativitas. Bukan keadaan yang menyesuaikan dengan kita, melainkan kita yang menyesuaikan diri untuk terus maju dan menciptakan sesuatu yang bermakna bagi diri sendiri maupun komunitas sekitar.

  

 

Written by: Restika Wulandari

Rate it

Post comments (0)

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Saweranmu, Semangatku...

Nyawer untuk terus dengerin Gentara minim iklan!